Fungisida adalah zat kimia yang
digunakan untuk mengendalikan cendawan (fungi). cara masuk ke dalam sistem
pembuluh tanaman sehingga akan menyebabkan seluruh bagian tanaman beracun bagi cendawan.
Fungisida umumnya dibagi menurut cara kerjanya di dalam tubuh tanaman sasaran
yang diaplikasi, yakni fungisida nonsistemik, sistemik, dan sistemik lokal.
Pada fungisida, terutama fungisida sistemik dan non sistemik, pembagian ini
erat hubungannya dengan sifat dan aktifitas fungisida terhadap jasad
sasarannya.
Menurut mekanisme kerjanya,
fungisida dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Multisite Inhibitor
Multisite
inhibitor adalah fungisida yang bekerja menghambat beberapa proses metabolisme
cendawan. Sifatnya yang multisite inhibitor ini membuat fungisida tersebut
tidak mudah menimbulkan resistensi cendawan. Fungisida yang bersifat multisite
inhibitor (merusak di banyak proses metabolisme) ini umumnya berspektrum luas.
Contoh bahan aktifnya berupa :
a. Thiram
Gambar 2.1 Thiram
(google.com,2011)
Thiram
adalah senyawa dithiocarbamate dimetil yang digunakan sebagai suatu fungisida untuk mencegah penyakit jamur
pada biji dan tanaman selain berfungsi juga
sebagai bakterisida. Selain itu Thiram
juga digunakan untuk mencegah pembusukan tanaman
berada dalam tempat penyimpanan maupun dalam transportasi.
Produk thiram dapat
berupa serbuk kering, serbuk yang dapat diubah menjadi cairan, suspensi cairan atau juga dapat dicampur dengan produk
fungisida lainnya.
a.1 Efek Toksologi Thiram:
§ Toksistas
akut: Thiram bersifat sedikit toksik jika dicerna dan dihirup, tapi akan
bertambah tingkat toksisitasnya jika kontak melalui kulit. Kontak secara akut
pada manusia dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, kelelahan, diare dan
gangguan pencernaan lainnya. Orang dengan gangguan sistem pernapasan atau
penyakit kulit, resiko terekspos oleh thiram menjadi meningkat.
§ Toksisitas
kronik: Ciri-ciri dari kontak kronis karena thiram pada manusia adalah rasa
ngantuk, bingung, kehilangan hasrat untuk hubungan seks, kemampuan bicara
berkurang dan menjadi lemah. Kontak yang berlangsung lebih lama lagi akan
menyebabkan alergi seperti alergi kulit, mata berair dan sensitif terhadap
cahaya.
a.2 Sifat Adsorpsi
Thiram pada Lingkungan
§ Pada
tanah dan air tanah: Thiram memiliki tingkat yang rendah dalam mempertahankan
keberadaannya. Thiram bersifat tidak mampu bergerak pada tanah liat maupun
tanah yang memiliki tingkat kandungan zat organik yang tinggi. Karena sifat
dengan tingkat kelarutan yang rendah dalam air (30 mg/L) dan memiliki
kecenderungan yang kuat untuk mengadsorbsi partikel tanah, thiram memiliki
kemungkinan yang kecil untuk mengkontaminasi air tanah.
Waktu paruh hidup thiram dalam tanah adalah 15 hari.
Thiram terdegradasi secara cepat pada tanah yang bersifat asam dan memiliki
kandungan zat organik yang tinggi. Sebagai contoh, pada tanah humus di pH 3.5,
thiram terdekomposisi setelah 4 – 5 minggu, sedangkan pada pH 7.0, thiram
terdekomposisi setelah 14-15 minggu.
§ Pada
perairan: Dalam air, thiram secara cepat akan rusak akibat hidrolisis dan
fotodegradasi, terutama pada kondisi yang asam. Thiram dapat teradsorpsi pada
partikel suspensi atau sedimen di sekitar perairan.
b.
Cerbendazim
Gambar 2.2 Carbendazim
(google.com,2011)
Carbendazim
adalah fungisida benzimidazole carbamate
dengan penggunaan secara luas yang banyak digunakan. Tingkat toksisitasnya
rendah dan kemampuan makhluk hidup untuk mengekskresikannya tinggi. Pada tingkat dosis yang tinggi, kontak
yang berulang dapat menyebabkan terjadinya efek negatif pada proses
spermatogenasi pada tikus dan dapat menyebabkan tumor hati pada tikus.
c. Mancozeb
Gambar 2.3 Mancozeb
(google.com,2011)
Mancozeb adalah fungisida
bisdithiocarbamate etilen tidak beracun yang banyak diaplikasikan terhadap
panyakit tanaman. Mancozeb digunakan untuk melindungi buah-buahan, sayuran,
kacang-kacangan dan tanaman pertanian lainnya melawan penyakit yang disebabkan
oleh jamur secara luas.
Produk Mancozeb tersedia dalam
bentuk serbuk kering, cairan, granula yang terdispersi dalam air, serbuk basah
dan formula yang bisa langsung digunakan. Produk ini biasa ditemukan dalam
kombinasi antara zineb dan maneb.
c.1
Efek toksologi Mancozeb
§ Toksisitas
Akut: Mancozeb pada dasarnya bersifat non-toksik secara kontak oral dengan
range 5000mg/kh sampai 11.200 mg/kg pada eksperimen yang dilakukan pada tikus.
Melalui uji secara kontak pada kulit juga membuktikan bahwa mancozeb tidak
bersifat toksik pada dosis lebih dari 10.000 mg/kg pada tikus dan lebih dari
5.000 mg/kg pada kelinci. Satu dampak yang mungkin dirasakan pada tingkat akut
ini adalah rasa gatal pada kulit.
§ Toksisitas
kronik: Tidak ada efek toksologi yang tampak pada tikus yang diberi dosis
5mg/hari pada studi jangka panjang. Hal yang menjadi perhatian utama dalam
tingkat ini adalah munculnya ethylenethioure (ETU) akibat metabolisme mancozeb
dan sebagai hasil kontaminan dari produksi mancozeb. ETU ini juga dapat
terproduksi saat produk yang menggunakan mancozeb digunakan untuk produk
pertanian yang disimpan atau pada saat produk pertanian digunakan dalam proses
memasak. Efek yang dapat terjadi adalah pembesaran kelenjar tiroid, sehingga
dapat menganggu proses kelahiran dan dapat menyebabkan kanker pada hewan yang
dieksperimen.
c.2 Sifat Adsorpsi Mancozeb pada
Lingkungan
§ Pada
tanah dan air tanah: Mancozeb memiliki tingkat kemampuan yang rendah dalam
mempertahankan keberadaannya. Waktu paruh hidupnya antara 1 – 7 hari. Mancozeb
dengan cepat akan terdegradasi dalam bentuk ETU jika berada dalam lingkungan
yang mengandung air dan oksigen. Bentuk ETU dapat hidup dalam waktu yang lebih
lama, sekitar 5 – 10 mingg. Karena mancozeb tidak larut dalam air, maka
kemungkinannya kecil untuk mengkontaminasi air tanah. Penelitian lebih lanjut
mengindikasi bahwa ETU, bentuk metabolisme dari mancozeb, memiliki potensi
untuk bergerak dalam tanah. Namun, ETU hanya terdeteksi sebanyak 0,016 mg/L
pada studi pada 1 dari 1295 sumur air minum yang dites.
§ Pada
perairan: Mancozeb terdegradasi di air dengan waktu paruh hidup 1 – 2 hari pada
kondisi sedikit asam sampai kondisi sedikit basa.
2. Monosite Inhibitor
Monosite
inhibitor disebut juga sebagai site
specific, yaitu fungisida yang bekerja dengan menghambat salah satu proses
metabolisme cendawan, misalnya hanya menghambat sintesis protein atau hanya menghambat respirasi. Sifatnya yang
hanya bekerja di satu tempat ini
(spektrum sempit) menyebabkan mudah timbulnya resistensi candawan. Contoh bahan aktifnya adalah
metalaksil dan benalaksil.
a. Metalaksil
Gambar 2.4 Metalaksil
(google.com,2011)
Metalaksil
adalah bentuk fungsida sistemik yang digunakan sebagai campuran tanah
untuk mengontrol patogen dalam tanah dan
juga digunakan pada benih-benih tanaman.
Contoh tanaman yang menggunakan metalaksil adalah tanaman pangan termasuk juga tembakau. Metalaksil efektif untuk mengendalikan penyakit jamur yang ditularkan
lewat tanah. dan udara
a.1 Efek Toksologi Metalaksil
§ Toksisitas
akut: Kontak oral pada tikus pada dosis 669 mg/kg dan kontak pada kulit lebih
dari 3100 mg/kg mengindikasikan tingkat toksisitas yang rendah melalui sistem
pencernaan dan aplikasi pada kulit. Pada kelinci, terlihat adanya sedikit
iritasi pada mata dan kulit.
§ Toksisitas
kronik: Pada studi 90 hari pada tikus yang diberi kontak sekitar 0,1 sampai 2,5
mg per hari menunjukkan adanya pembesaran sel pada bagian organ hati. Pada
penelitian yang sama yang dilakukan terhadap anjing dengan kontak sebanyak 0,04
sampai 0,8 mg per hari selama enam bulan, menunjukkan bahwa anjing juga mengalami
efek yang sama.
b. Benalaksil
Gambar 2.5 Benalaksil
(google.com,2011)
Benalaksil bersifat sistemik, diserap
lewat akar, batang, dan daun serta ditransportasikan secara akropetal ke bagian-bagian
tanaman lainnya. Penggunaan fungisida pada produk setelah dipanen harus di
lakukan dengan memperhatikan banyak
aturan (dosis dalam penggunaan). karena dapat menghambat perkembangan hifa dan kolonisasi fungi mikoriza arbuskula.
Hal ini menyangkut pada keamanan produk.
Studi pada tahun 1986 menunjukkan bahwa benalaksil dapat dengan cepat melakukan
metabolisme dan diekskresikan dalam tubuh tikus. Sampai saat ini belum ada
laporan yang mengindikasikan dampak negatif pada Benalaksil
2.2 Fumigan
Fumigan
merupakan gas-gas mudah menguap yang dapat membunuh hama serangga. Produk fumigan
berdifusi dan masuk ke sela-sela materi dan dilakukan dalam ruangan tertutup
terutama digunakan untuk mengendalikan hama digudang-gudang penyimpanan, atau
bila tidak digunakan dalam ruangan tertutup bisa dilakukan pada timbunan
komoditas yang ditutup rapat dengan terpal.
Fumigasi
juga digunakan untuk mengendalikan tikus dengan cara memasukkan gas/asap
beracun ke dalam lubang – lubang sarang tikus. Salah satu cara yang paling
banyak digunakan petani adalah membakar sabut yang dicampur belerang ke dalam
emposan tikus, kemudian masukkan asapnya ke lubang tikus. Umumnya perhitungan
takaran aplikasinya berdasarkan dosis penggunaan untuk setiap meter kubik.
Takaran juga bisa dinyatakan jumlah pestisida per kg komoditas yang akan
difumigasi.
Contoh fumigan adalah
aluminium fosfida dan metil bromida, yang dijual sebagai pestisida terbatas
pakai dengan berbagai nama dagang. Salah satu formasi aluminium fosfida
berbentuk tablet. Fumigasi dilakukan dengan cara menaburkan tablet ke dalam
gudang. Tablet juga bisa diinjeksikan
langsung ke dalam tumpukan biji-bijian dengan alat khusus. Setelah
diaplikasikan tablet akan berbentuk gas aluminium fosfida karena reaksi dengan
uap air yang ada di gudang. Disimpan secara curah atau yang disimpan dikarung.
semua fumigan merupakan gas berbahaya oleh karena itu dalam penggunaanya harus
dilakukan oleh personil yang terlatih dan bersertifikat(dan metil bromida CH3Br).
Metil
Bromida dikenal sebagai fumigan yang sangat efektif membunuh serangga hama
gudang. Akan tetapi penggunaan Metil Bromida sangat dibatasai dan pada akhirnya
dihapuskan (phase-out) karena terbukti merusak lapisan ozon. Dalam penggunaan fumigan harus disesuaikan
dengan dosisi yang dianjurkan karena fumigan mengandung zat-zat racun berbahaya
bagi tubuh. Saat aplikasi fumigasi
pengguna harus mengguanakan alat pelindung tubuh yang memadai, sedapat mungkin
menggunakan masker gas/respirator khusus untuk kegiatan tersebut.